Minggu, 15 Februari 2009

GALAKSI



Galaksi adalah tata bintang. Galaksi kita dikenal dengan Bima Sakti. Dalam galaksi kita kira-kira terdapat 200 milyar bintang.
Bima Sakti berbentuk spiral (gulungan), tetapi karena Bumi terletak di dalam galaksi, kita melihatnya sebagai pita kabur berisikan bintang-bintang. Bima Sakti kira-kira terbentang selebar 100000 tahun cahaya, dan bagian tengahnya kira-kira setebal 15000 tahun cahaya. Tata surya kita terletak sekitar 30000 tahun cahaya dari pusat galaksi.
Bima Sakti
Bima Sakti dilihat dari samping
Para ahli astronomi mengetahui bahwa selain Bima Sakti terdapat banyak galaksi lain. Beberapa diantaranya dikenal sebagai galaksi kecil. Sekelompok galaksi bersama-sama membentuk galaksi besar.
Bintang terdekat jauhnya 4,3 tahun cahaya. Pada waktu malam terang dapat dilihat galaksi Andromeda yang jauhnya sekitar 1900000 tahun cahaya.
DI KUTIP DARI WIKEPIDEA

GAMBAR KELUARGA SHINCHAN

INGIN BAHAGIA SEPERTI SHINCHAN
TAPI INGAT YA PERILAKU JANGAN SEPERTI SHINCHAN

INDONESIA PERINGKAT EMPAT DUNIA UNTUK PENYAKIT KUSTA

Jakarta, Sinar HarapanPenyakit kusta tersebar di Indonesia secara tidak merata dengan angka penderita yang terdaftar sangat bervariasi menurut propinsi dan kabupaten. Secara nasional, Indonesia telah mencapai eliminasi sejak pertengahan tahun 2000.Menurut Ketua Perhimpunan Doker Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin Prof Hardianto, untuk tingkat provinsi dan kabupaten hingga akhir tahun 2002 masih ada 12 provinsi dan 111 kabupaten yang angka prevalensinya masih di atas 1 per 10.000 penduduk. Hal itu disampaikannya kepada wartawan, di Jakarta, Senin (20/1).Secara geografis, daerah yang belum mencapai eliminasi ini sebagian besar terletak di Indonesia bagian Timur yang wilayahnya sulit dijangkau seperti Papua, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu daerah konflik seperti Nanggroe Aceh Darusalam (NAD), Maluku dan daerah dengan jumlah penduduk yang tinggi seperti Jawa Timur, Sulawesi dan Kalimantan Selatan.Data WHO pada akhir 2001 untuk penderita kusta menunjukkan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat ke-4 di dunia setelah India, Brazil dan Nepal. Sedangkan di wilayah Asia Tenggara jumlah penderita kusta di Indonesia menempati urutan ke-3 setelah India dan Nepal. Salah satu kendalanya adalah letak geografis yang sulit dijangkau dan penempatan dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin di daerah-daerah terpencil.Meski demikian, dalam kurun waktu 10 tahun jumlah penderita dapat diturunkan secara drastis dari lebih 100.000 penderita menjadi kurang dari satu per enam (17.137) penderita pada Desember 2001. Khusus untuk dokter spesialis, Hardianto menambahkan 90% yang mengambil spesialis kulit dan kelamin adalah wanita. “Sulitnya, jika mereka akan ditempatkan di daerah yang jauh. Mereka sering beri alasan mengikuti tugas suami,” ujarnya.Selain itu sistem pendidikan di Indonesia sangat kompleks. Di Indonesia ada dua jalur pendidikan yakni jalur akademik dan profesional. Jalur akademik dikenal dengan S1 sampai dengan S3, sedangkan jalur profesional mulai dari D0 sampai dengan D3. Berbeda dengan pendidikan di Inggris, di Indonesia untuk tingkat pasca sarjana tidak dikenal diploma pasca sarjana. Yang menjadi keluhan di perguruan tinggi adalah dermatoloid. Dermatoloid ini bukan spesialis penyakit kulit dan kelamin, namun sering memberikan pelayanan layaknya spesialis kulit dan kelamin.Penyakit kusta adalah penyakit menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Penyakit tersebut sering menyerang syaraf tepi dan kulit. Penularan kusta secara pasti belum diketahui. Sebagian besar ahli berpendapat kusta dapat menular melalui udara dan dengan adanya kontak kulit dengan kulit penderita yang berlangsung lama. Kusta yang menular adalah kusta tipe basah yang belum mendapat pengobatan. Masa inkubasinya berlangsng lama, rata-rata 2-5 tahun bahkan bisa mencapai 40 tahun. Penyakit ini merupakan penyakit yang sudah lama ada di dunia. Dari literatur diketahui bahwa di India, kusta sudah ada sejak 600 sm dan di Cina ditemukan pada 400 SM. Kata kusta sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang berarti hilangkan. Pada zaman dahulu dimana pengobatan belum ada, maka beberapa penderita dibakar hidup-hidup atau ditenggelamkan. Rasa takut kusta masyarakat sangat tinggi karena penderita kusta tanpapengobatan mengakibatkan cacat yang mengerikan.Dua TipeKusta memiliki 2 tipe yakni tipe kering atau paucibacillary (PB) dan tipe basah atau multibacillary (MB). Tanda-tanda dini dari PB adalah adanya bercak seperti panu mati rasa pada kulit, sedangkan untuk tipe MB adalah adanya penebalan kulit atau bentol-bentol kecil kemerahan yang mula-mula kurang terasa dan lama kelamaan menjadi mati rasa. Dengan ditemukannya pengobatan kombinasi rifampicin, lampren dan dapson, maka penyakit kusta dapat disembuhkan. Bila penyakit ini cepat ditemukan, maka pengobatan dapat mudah dilakukan dan penderita sembuh tanpa cacat. Namun jika terlambat, maka penderita akan sembuh tetapi mengalami kecacatan.Saat ini tidak sedikit penderita kusta berada di jalan-jalan sebagai pengemis. Menurut Suharno, salah seorang direktur dari Departemen Sosial mengatakanpara penderita kusta yang sering menjadi pengemis di jalan-jalan telah melanggar norma masyarakat dengan memanfaatkan kecacatannya guna mendapatkan penghasilan yang lebih baik bila dibandingkan menjadi petani atau peternak yang dikelola oleh panti. Pembinaan yang dilakukan di panti dilakukan sesuai dengan norma masyarakat. “Jadi apa yang dilajkukan penderita kusta di jalan-jalan seperti menjadi pengemis merupakan sebuah pelanggaran norma kehidupan,” kata Suharno. di kutip dari wikipedia

ALAT-ALAT LANGKAH

Supandri, Penemu Alat Peraga Praktik Listrik
MATA pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam/IPA Listrik agaknya tidak bisa dipelajari melalui teori semata, tetapi harus diikuti dengan kegiatan praktik. Dengan melihat langsung mekanisme kerjanya, siswa mudah memahami komponen listrik ketimbang membacanya melalui teori-teori dalam buku yang terkesan sebatas mengajak siswa untuk ’berkhayal’.
HANYA saja, alat peraga untuk itu amat terbatas jumlahnya. Malah, Kotak Instrumen Terpadu (KIT) buatan luar negeri-bantuan kepada sekolah dasar-dipakai bergiliran satu gugus sekolah yang terdiri atas empat sekolah. Saling pinjam alat peraga antarbeberapa SD ini bisa menjadi persoalan jika SD-SD tadi punya jadwal pelajaran yang jam dan harinya bertepatan.
Beruntung kini ada Supandri, warga Desa Peteluan, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, yang mampu menjawab keterbatasan itu dengan alat peraga sederhana yang dibuatnya. Alat praktikum IPA Listrik untuk siswa kelas VI SD ini berbahan sederhana. Bahannya berupa papan tripleks, kawat email, kawat semur berserat, jepitan lidah buaya, fiting senter, mur, baut, resistor, sakelar, ditambah aluminium sebagai rangka merakit komponen itu.
DENGAN alat yang dirangkainya itu, selain membantu siswa untuk memahami pengukuran arus dan tegangan pada resistor hubungan seri, paralel, serta campuran, Supandri juga berhak mendapat penghargaan Teknologi Terapan Tahun 2002 Kategori Penemu, yang diselenggarakan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB.
"Istri saya nanya, bagaimana caranya mengajar IPA Listrik agar lebih mudah dipahami oleh siswa," ujar karyawan Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) NTB ini tentang proses ’pencariannya’ menemukan alat peraga itu.
Pertanyaan sang istri (Siti Aisyah, guru SD)-mungkin juga kesulitan yang dialami oleh sebagian besar guru SD-memicunya untuk mencari solusi. Riset adalah langkah awal Supandri mencari solusi.
KIT buatan luar negeri itu, di samping jumlahnya terbatas, juga punya kelebihan dan kelemahan. Kelemahannya adalah KIT berbahan plastik dan tidak dilengkapi rangkaian campuran (seri dan paralel). Kekurangan KIT itu ia sempurnakan dengan komponen lain dengan bahan baku lokal yang umumnya barang bekas.
Alat bikinan Supandri itu memudahkan para guru dan siswa karena dilengkapi dengan petunjuk berupa langkah kerja di dalam merangkai kabel hubungan seri, paralel, dan campuran. Dibuat dalam bentuk kotak persegi, alat ini bisa dibuka dan ditutup, yang memudahkan siswa menyaksikan cara kerjanya.
Itu diketahui setelah melalui proses uji coba selama hampir dua tahun sejak tahun 1999. Para guru dan siswa SD 11 dan SD 16 Mataram merasa terbantu di dalam merangkai hubungan campuran yang tidak ada pada alat peraga dari luar negeri itu.
Dengan alat ini, siswa belajar sendiri sehingga para guru tidak perlu repot-repot membaca beberapa buku teori kelistrikan yang harus dibahas di depan kelas dan diselesaikan dalam satu caturwulan atau enam bulan (semester).
Mata pelajaran IPA Listrik meliputi beberapa pokok bahasan dan subpokok bahasan yang harus disampaikan kepada siswa. Misalnya, untuk pokok bahasan magnet ditargetkan 16 jam pelajaran, pokok bahasan listrik 30 jam pelajaran, ditambah subpokok bahasan yang rata-rata memiliki durasi delapan jam pelajaran dan harus diselesaikan selama satu caturwulan atau satu semester.
Sedangkan untuk pelajaran praktik ternyata jarang terlaksana karena alat peraga yang terbatas. Dengan alat itu, teori mata pelajaran IPA Listrik bisa dipersingkat menjadi dua minggu, jam pelajaran selebihnya digunakan untuk kegiatan praktik, sebagai salah satu tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Bahkan, teknik dasar kelistrikan yang didapat di sekolah itu mungkin bisa diimplementasikan oleh para siswa di rumahnya tanpa harus menunggu tukang instalatir. Bila dikalkulasikan dengan uang, alat buatan Supandri relatif murah, Rp 200.000-Rp 500.000 per unit.
Kerja keras Supandri mendapat respons dari Dinas Dikpora NTB yang menyediakan anggaran untuk memperbanyak alat peraga itu. Dengan total biaya Rp 19.800.000 dalam tahun anggaran 2004 ini, Supandri ditugasi membuat 36 unit alat peraga seharga Rp 550.000 per unit. Pembuatan alat itu ditangani siswa Sekolah Teknik Menengah (STM) Mataram, sedangkan desainnya dibuat Supandri.
"Jumlah itu masih kurang karena beberapa SD di NTB umumnya memesan 50-100 unit alat peraga. Tapi, saya kerjakan yang sudah ada, yang lain saya penuhi kemudian," ujar ayah dari satu anak ini.
TEMUAN Supandri, yang lahir 23 Juli 1959 di Bima ini dilatarbelakangi oleh kegemarannya mengutak-atik listrik. "Ayo kita ke Bima, di sana kamu bisa lihat yang namanya listrik," tutur Supandri menirukan ajakan ayahnya ketika ia kelas I SD di Desa Karumbu, Kecamatan Tanjung Langkudu. Dari desanya ia ikut berjalan kaki sejauh 60 kilometer. Katanya mengenang perjumpaan pertama dengan lampu listrik itu, "Oh ini yang namanya listrik, ada sinarnya." Sejak itu ia sangat tertarik kepada listrik.
Ia memperdalam ilmu kelistrikan di STM Negeri Mataram dan tamat tahun 1980. Di sekolah itu dia sempat mengajar sebagai tenaga honorer.
Supandri tidak menyelesaikan tugas belajar ke Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi (P3GT) di Bandung. Sebabnya adalah ia tidak sempat mengajar sebagai salah satu syarat kelulusan karena pada saat yang sama ia harus membawa adiknya yang cedera ke seorang dukun patah tulang.
Tidak tahan untuk menunggu 18 bulan agar mendapat kesempatan ulang, ia pulang ke Mataram. Di sana ia mengajar di Sekolah Teknik Mataram, sambil mengikuti kuliah di Fakultas Fisipol jurusan Komunikasi Universitas 45 Mataram dan tamat tahun 1990.
Guna menopang penghasilannya, Supandri bekerja nyambi sebagai karyawan perusahaan instalatir listrik. Tidak heran, di dalam tas kerjanya selalu tersimpan obeng, tang, dan perangkat kerja lain, dengan maksud bisa memburuh seusai jam kantor, seperti naik-turun tiang listrik dan memasang listrik dari rumah ke rumah. Di rumahnya pun Supandri sempat beternak ayam pedaging dan petelur, namun bangkrut akibat krisis ekonomi. (KHAERUL ANWAR)
di kutip dari wikipedia

PERJALANAN LUAR ANGKASA

Perjalanan Luar Angkasa Sebuah acara di saluran televisi National Geographic Channel tentang perjalanan masa depan yang dicanangkan oleh NASA ke planet Mars (planet tetangga kita di tata surya), yang aku lupa nama acaranya apa, membuat aku berfikir dan ingin menuangkan fikiranku ke dalam tulisan ini. Aku yang memang dari kecil, sejak tahun 1970an, selalu membayangkan perjalanan ruang angkasa di tahun 2000an kelak, kini hanya tetap berangan2 saja, karena ternyata teknologi manusia saat ini belum mampu membawa manusia ke planet terdekatpun dari Bumi. Dari sinilah lahir ide tulisan ini, aku coba membayangkan bagaimana rumitnya perjalanan ruang angkasa ini walaupun kerumitan dari perjalanan angkasa ini adalah mungkin kerumitan yang paling simpel namun tetap saja ‘kerumitan’ ini masih sangat sulit diatasi oleh teknologi saat ini.Kerumitan apa yang saya fikirkan? Yang paling dasar adalah tentu kerumitan komunikasi. Seperti yang kita ketahui, perjalanan ruang angkasa saat ini dikontrol dan dimonitor oleh pusat pengendali di Bumi, kalau di AS mungkin seperti di Houston, Texas dan di Rusia mungkin seperti di Baikhonur, Kazakhstan. Pemonitoran dari bumi ini tentu saja penting, sebab jikalau terjadi sesuatu dengan pesawat ruang angkasa yang diawaki oleh astronot, yang tidak bisa diatasi oleh sang astronot, tentu bantuan dari bumi baik berupa bantuan fisik ataupun saran dari para ahli akan sangat membantu sang astronot. Nah, itu jikalau pesawat ruang angkasa (kapsul) berada di dekat2 bumi. Sekarang bagaimana untuk perjalanan jauh?? Sekarang kita bayangkan dulu perjalanan ke Mars dengan teknologi komunikasi tercanggih saat ini. Kita mengetahui jarak Matahari-Mars adalah kira-kira 225 juta kilometer, sedangkan jarak Matahari-Bumi kira2 adalah 150 juta kilometer. Jadi secara (sangat) kasar (sekali), untuk kesederhanaan perhitungan, taruhlah jarak Bumi-Mars adalah 75 juta kilometer. Nah, sekarang andaikan pesawat angkasa di Mars ingin berkomunikasi dengan Bumi dengan menggunakan teknologi komunikasi saat ini, dan karena sinyal radio, termasuk sinyal HP, bergerak dengan kecepatan cahaya (lebih lambat sedikit sebenarnya) yaitu 300.000 kilometer per detik, maka sinyal radio baru akan sampai di bumi setelah:= 250 detik atau sama dengan 4 menit 10 detik.Apa artinya? Itu berarti kalau kita berseru “Halo” lewat komunikasi radio (atau handphone misalnya) dari planet Mars, maka kata “Halo” kita baru terdengar di Bumi 4 menit 10 detik kemudian!Sekarang bagaimana jikalau pergi ke planet yang terjauh di tata surya yaitu: Neptunus! (Pluto sejak 2006 tidak dianggap sebagai planet lagi dan sejak itu gelar terhormat planet terjauh di tata surya jatuh pada planet Neptunus.) Jarak Matahari-Neptunus adalah 4,5 milyar kilometer, jadi (lagi2) secara kasar (sekali) jarak antara Bumi-Neptunus adalah 4,5 milyar kilometer dikurang 150 juta kilometer = 4,35 milyar kilometer. Nah, sekarang berapa lama sinyal dari planet Neptunus untuk sampai ke Bumi?= 14.500 detik atau lebih dari 4 jam! (Tepatnya: 4 jam, 1 menit, 40 detik). Jadi kalau kita mengatakan “Halo” dari Neptunus maka suara “halo” kita baru terdengar di Bumi sekitar 4 jam kemudian!! Nah, bagaimana sekarang dengan tempat2 di luar tata surya kita yang jauh lebih jauh dibandingkan planet Neptunus, yang pengukurannya sudah memakai satuan “tahun cahaya” dan bukannya kilometer lagi?? Jikalau misalnya sebuah tempat yang jauhnya 100 tahun cahaya dari bumi, maka jikalau kita mengatakan “Halo”, maka suara “Halo” kita baru terdengar di bumi 100 tahun kemudian!! Mungkin pada saat suara “Halo”nya diterima di Bumi, orang yang mengatakan “Halo”nya sudah mampus duluan! Nah, dengan begini tentu komunikasi radio (termasuk audiovisual tentu saja) menjadi sangat tidak efisien. Nah, sekarang apa yang perlu dilakukan??Seratus tahun cahaya dalam skala ruang angkasa sebenarnya adalah skala yang sangat kecil. Galaksi kita saja, galaksi Bima Sakti (Milky Way) mempunyai diameter 100.000 tahun cahaya, dan di luar sana terdapat galaksi-galaksi lain yang tidak terhitung jumlahnya. Sedangkan galaksi Andromeda, galaksi yang terdekat dengan kita berjarak kira2 2.500.000 tahun cahaya! Jadi jikalau di galaksi Andromeda ada BTS dan bisa henpon2an dengan bumi, maka suara “halo” kita baru bisa diterima dan didengar di Bumi 2.500.000 tahun kemudian setelah kita ngomong “halo”! Karena menurut mbah Einstein, tidak ada satu bendapun yang dapat melaju melebihi kecepatan cahaya maka kemungkinan besar masalah keseulitan komunikasi dengan jarak yang sangat sangat sangat jauh nampaknya akan menjadi masalah yang abadi. Maka banyak ilmuwan mengatakan mungkin perjalanan ruang angkasa di masa mendatang memang harus mandiri dan tidak bisa dikontrol dari Bumi karena hampir mustahil mengontrol perjalanan ruang angkasa yang sangat jauh dari Bumi.Pilihan pertama untuk memperlancar perjalanan ruang angkasa yang jauh adalah, manusia harus membuat koloni di planet2 lain yang rute perjalanannya akan dilalui. Namun tentu saja membuat koloni di planet2 lain tidak semudah apa yang diucapkan. Pilihan kedua, manusia berharap di luar angkasa menemukan wormhole, ini bukan lubang cacing di tanah, tetapi jalan pintas menembus dimensi ruang dan waktu yang dapat mempersingkat perjalanan ruang angkasa secara dramatis! Namun sayang sampai saat ini keberadaan wormhole masih hanya sekedar hipotesis saja. Pilihan ketiga adalah pilihan yang paling logis untuk saat ini yaitu kapal ruang angkasa harus mandiri! Mandiri bagaimana?? Minimal paling sedikit apabila terjadi masalah baik teknis maupun non-teknis yang terjadi di pesawat angkasa itu harus dapat diatasi oleh para krew pesawat tersebut sendiri tanpa bantuan dari Bumi sama sekali.Sedikit detailnya adalah begini: Pesawat ruang angkasa tersebut harus membawa pakar dari berbagai bidang ilmu mulai dari dokter (berbagai macam dokter spesialis tentu saja!), insinyur (berbagai macam insinyur, minimal elektro dan mesin), psikolog, dan sebagainya. Pesawat tersebut juga harus bisa berfungsi sebagai rumah sakit yang selengkap yang terbaik yang ada di Bumi, karena jikalau ada krew yang jatuh sakit dan misalnya perlu operasi dengan peralatan canggih maka pesawat tersebut tidak perlu kembali ke bumi. Jikalau ada suku cadang pesawat yang rusak, maka harus selalu tersedia suku cadangnya. Caranya bisa dengan membawa suku cadang sebanyak2nya untuk setiap bagian yang tentu saja tidak praktis, atau suku cadang harus bisa dibuat di kapal tersebut! Nah lho! Juga yang tak kalah penting tentu adalah makanan! Makanan harus juga bisa dihasilkan di atas pesawat angkasa karena makanan tak mungkin dibawa banyak dari bumi karena tentu dapat menjadi kadaluwarsa. Juga oksigen yang cukup harus dapat di-generate di atas pesawat angkasa atau disirkulasi di atas pesawat ruang angkasa (yang ini mungkin tidak terlalu masalah apalagi dengan teknologi yang akan datang). Dan yang senang science fiction, tentu berharap pesawat angkasa harus dapat mempertahankan dirinya sendiri kalau diserang alien tanpa bantuan dari bumi! Untuk urusan membawa segudang pakar dari berbagai macam ilmu tentu di masa mendatang bisa diharapkan untuk digantikan oleh AI (Artificial Intelligence), di mana seluruh database dan knowledge-base di berbagai bidang ilmu dapat dimasukkan ke dalam superkomputer pesawat angkasa, walaupun tentu harus ada beberapa orang pakar juga yang harus ikut dalam pesawat (pertanyaannya: Percayakah anda bahwa AI di masa mendatang bisa menggantikan total peran kepakaran manusia? Menariknya AI juga diharapkan bisa juga diharapkan untuk “menghibur” manusia, hiburan tersebut dapat berupa hologram hidup dalam bentuk orang-orang yg dicintai (keluarga) para krew astronot yang mereka tinggalkan di bumi yang dapat diajak bercakap2 seolah2 mereka bercakap2 dengan anggota keluarga mereka sendiri. Hologram di masa mendatang juga diharapkan dapat menampilkan suasana di Bumi di atas pesawat ruang angkasa mereka sehingga para krew secara psikologis dapat menjadi lebih nyaman karena lebih merasa seperti di rumah sendiri.Yah, begitulah sekelumit pesawat ruang angkasa yang harus mandiri jikalau ingin menempuh jarak sangat jauh di ruang angkasa. Pendek kata, pesawat angkasa tersebut harus dapat menjadi sebuah kota mandiri di ruang angkasa, atau bahkan harus menjadi “planet” tersendiri dan blogsfer biosfer tersendiri. Dengan begini aku bisa mengerti kerumitan perjalanan ruang angkasa yang sangat jauh dan sadar kenapa perjalanan ruang angkasa masih tetap menjadi angan2... Di kutip dari spektrumku.
Diposkan oleh M. Ikhsan Rifki di 23:27 0 komentar Link ke posting ini
Selasa, 2009 Januari 27

Efek Rumah Kaca
Bayangkan seandainya kita tinggal di rumah yang terbuat dari kaca. Dindingnya kaca, atapnya kaca, semuanya terbuat dari kaca dan tidak ada lubang angin. Pada siang hari, sinar matahari akan memanasi seisi rumah. Karena tidak ada lubang agin, panas di dalam rumah kaca akan semakin panas.Nah, sekarang bayangkan kita hidup di planet Venus. Udaranya hampir seluruhnya terdiri dari gas karbondioksida. Sifat gas (karbondioksida) ini sama dengan kaca, bisa meneruskan sinar matahari tetapi menahan panas yang dilepaskan oleh permukaan venus. Akibatnya, udara di permukaan Venus makin lama makin panas. Temperaturnya bisa mencapai 400 derajat celcius, empat kali lebih panas daripada air mendidih.Industri dan kendaraan bermotor yang makin banyak menyebabkan gas karbondioksida bertambah terus. Kebakaran hutan juga menyebabkan pertambahan gas karbondioksida. Menurut hasil penelitian, gas karbondioksida memang meningkat cepat sekali. Dalam abat ini saja telah meningkat sekitar 20%. Ini akibat efek rumah kaca di bumi kita. Temperatur udara di bumi akan semakin panas. Ini yang disebut PEMANASAN GLOBAL (global warming), artinya pemanasan atmosfer yang terjadi di seluruh dunia.Gas karbondioksida banyak diserap oleh tumbuh-tumbuhan untuk fotosintesis. Makin banyak pepohonan yang tumbuh, gas karbondioksida akan makin banyak diserap. Tetapi, kita harus tau saat ini banyak pohon di tebangi. Hutan banyak yang gundul. Akibtnya, gas karbondioksida tidak banyak yang di serap.Untuk mencegah pemanasan global, kita semua dituntut untuk berpartisipasi. Banyak cara untuk ikut berperan. Hematlah pembakaran bahan bakar minyak. Jangan sembarangan menebang pohon karena itu berarti mengurangi penyerapan gas karbondioksida. Bantulah gerakan penghijauan. Kalau ada halaman kosong tanamilah dengan pepohonan agar udara semakin segar."SELAMATKAN BUMI KITA !"Tunggu artikel yang berikutnya. Pasti lebih seru sabar Yaa . . .
Diposkan oleh M. Ikhsan Rifki di 23:16 0 komentar Link ke posting ini
Langgan: Entri (Atom)